Apakah kamu member?

KISAH HIDUP NOBRI

Pada tanggal 30 Mei 2001, satu orangutan betina berusia 8 tahun tiba di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng. Ia baru saja diselamatkan setelah sekian tahun dipelihara sebagai hewan peliharaan di Jakarta, dan baru saat itu kembali ke asalnya di Klaimantan. Orangutan ini bernama Shelli.

Kendati kehilangan bertahun-tahun masa hidup di hutan liar dan belajar dari induknya akibat ulah manusia. Shelli berhasil mengatasi semua tantangan. Ia dengan cepat segera belajar hidup mandiri, dan hanya butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan Sekolah Hutan dan siap untuk pindah ke pulau pra-pelepasliaran. Di saat itulah Shelly kami dapati mengandung, dan di tanggal 29 Agustus 2005, ia melahirkan Nobri.

Shelli adalah induk yang luar biasa, ia membesarkan putrinya, Nobri, untuk menjadi orangutan yang mandiri, dan sejak tahun 2010 Nobri bahkan telah menjelajah pulau sendirian, saat Shelli kembali melahirkan putri kedua, Forest. Karena dibesarkan langsung oleh induknya, Nobri memiliki keterampilan alami yang sangat baik dan sifat tidak menyukai manusia. Sayangnya kemandirian yang sangat besar ini justru memberikan kerugian baginya saat kami di tahun 2013, memilih Nobri sebagai salah satu kandidat pelepasliaran bersama induknya, Shelli, dan adiknya, Forest. Ia tidak mau bekerja sama dan membuat tim medis kami kesulitan membiusnya dengan berbagai cara. Tak ada pilihan lain selain memberikan jeteh pelepaslairan kepada orangutan lain dan membiarkan Nobri melanjutkan hidupnya di pulau.

Di tahun 2016, kondisi ini berubah. Saat mempersiapkan kandidat untuk pelepasliaran ke-12 dari Nyaru Menteng, tim medis kami melihat Nobri yang tengah lengah. Mereka segera memanfaatkan kesempatan tersebut. Tiga tahun setelah rencana awal, akhirnya mereka berhasil membius si Liar Nobri dan di tanggal 22 April 2016 ia akhirnya dilepasliarkan di Hutan Lindung Bukit Batikap.

Nobri segera membuktikan keterampilan menyintasnya. Ia terus-menerus menguji kemampuan tim Post-Release Monitoring (PRM) untuk memantaunya, dengan selalu berada di ketinggian, bersembunyi di balik tajuk, dan terus-menerus mengeluarkan kiss-squeak saat tim PRM berusaha mendekatinya.

Tanggal 26 November 2017 adalah saat pertama kali saya berjumpa Nobri dan menyaksikan langsung karakter liarnya. Pada hari itu pula saya melihat ada benjolan yang tidak normal di dekat ketiaknya. Di luar benjolan itu, perilakunya sama sekali normal, sehingga kami hanya mencatat dan memutuskan untuk sekadar memantaunya di kesempatan lain.


Nobri
Manggo
Nobri
Manggo
Nobri

Selang beberapa bulan, benjolan kecil itu membesar dan kantung lehernya (air sac) menggembung tak lama kemudian. Dokter hewan kami menyatakan bahwa Nobri menderita air sacculitis, penyakit yang menyakitkan sekaligus mematikan bagi orangutan, namun ini justru menunjukkan betapa kuatnya Nobri, karena sekalipun ia tak pernah menunjukkan rasa sakit atau lemah.

Di akhir tahun 2018, dengan memburuknya gejala Nobri, kami tak punya pilihan lain selain beraksi. Pak Sugi, salah satu penembak jitu kami dari Nyaru Menteng, menemani drh. Greggy menempuh perjalanan selama tiga hari ke Hutan Lindung Bukit Batikap, tempat mereka berhasil membius Nobri dan merawatnya di kamp kami. Perawatan air sacculitis membutuhkan sejumlah pembedahan dan pemberian obat dalam waktu lama.

Kami sangat senang ketika dua setengah bulan kemudian, dokter hewan yang bertugas akhirnya menyatakan Nobri siap untuk hidup liar kembali. Memang penyakit air sacculitis dikenal mudah muncul kembali, namun tampaknya Nobri telah mengalahkan penyakit ini sepenuhnya, namun kami tetap harus secara teratur memantau perkembangannya. Dengan rencana seperti ini, Nobri kembali dilepasliarkan pada tanggal 27 Januari 2019 (baca selengkapnya di sini, Nobri Sudah Sembuh dan Kembali ke Hutan.

Menyusul kembalinya Nobri ke hutan, tim PRM berupaya keras untuk bisa memantaunya secara teratur, namun sifat Nobri yang liar ia terus menjelajah jauh ke dalam hutan, meninggalkan tim PRM selama berbulan-bulan. Akhirnya di bulan Mei kami bisa menemukannya kembali. Dan ia jelas tidak menyukai hal ini.

Ia segera mengeluarkan serangkaian kiss-squeak kepada tim kami, menggoyangkan dahan ke arah kami. Namun kami tahu bahwa kami harus mengamati perkembangannya. Saat tim mendekat, ketakutan segera muncul, kami melihat pembengkakan di air sac-nya. Apakah penyakit air sacculitis kembali menyerang Nobri? Di titik ini, kami harus mengamati lebih dekta, kendati Nobri tidak menyukai hal ini. Nobri menolak berdekatan dengan manusia, dan ketika kami kembali ke lokasi yangsama keesokan harinya, ia telah menghilang...

Beberapa bulan berlalu, tim kami mulai merasa khawatir. Kendati telah berupaya keras, kami tak kunjung bisa menemukannya. Setelah enam bulan berikutnya mencari tanpa hasil, peralatan radiotelemetri kami memperoleh sebuah sinyal yang ditunggu-tunggu. Itu sinyal dari Nobri! Namun sinyal yang kami dapat lemah, menandakan ia berada jauh. Sesaat kami mendapat sinyal itu, namun ia segera kembali menghilang.

Kami tak kuasa menepis kekhawatiran, sampai akhirnya di tanggal 27 Januari 2020, tepat setahun setelah Nobri kami kembalikan ke hutan pasca operasi dan perawatan penyakit air sacculitis, tim kami mencari jejaknya di selatan Sungai Joloi. Namun hari ini, kami beruntung. Hanya beberapa meter di sisi sungai, tim kami melihat dua orangutan dewasa. Setelah kami dekati, orangutan pertama kami kenali sebagai Manggo yang ternyata bersama anaknya yang pertama kali kami temui di tahun 2019. Orangutan dewasa kedua segera mengeluarkan kiss-squeak melihat kami. Itu Nobri!

Tapi ternyata Nobri pun tidak sendiri. Ia juga punya bayi yang bergantung di tubuhnya!

Dengan penemuan anak Nobri, kami menemukan bayi pertama yang lahir di alam liar di tahun 2020 dan orangutan lain yang bisa dikatakan sebagai generasi kedua program rehabilitasi BOS Foundation!

Sebagai ibu muda, Nobri terus berusaha menjauh dari manusia. Ia menghabiskan waktunya sepanjang hari bertahan di tajuk pohon, tinggi di balik tebalnya dedaunan, membuat tim kami tidak mampu mengabadikan peristiwa penting ini, bahkan untuk sekadar menentukan jenis kelamin bayinya. Kami bahkan menunda pengumuman peristiwa menyenangkan ini, karena menanti adanya foto, namun sampi hari ini, hal itu belum juga bisa terjadi! Kendati kami sangat berharap bisa berbagi foto bayi Nobri kepada kalian semua, kami sadar bahwa ini adalah berkat sifat keibuan Nobri yang sangat melindungi anaknya.

Hampir dua puluh tahun setelah penyelamatan Shelli dari belantara beton di Jakarta, cucunya lahir di alam liar hutan Kalimantan. kisah ini, cerita tentang Nobri, memang panjang, namun membuktikan kepada kita semua, bahwa harapan itu selalu ada. Tidak peduli betapapun besarnya kendala dan tantangan, jika kita beri mereka kesempatan, para orangutan hebat ini akan selalu menemukan cara untuk bertahan.

Selamat, Nobri, kami sangat bangga padamu!




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup