Apakah kamu member?

TOMBAK, KORBAN 'SARAMPANG'

Adalah masyarakat Kelurahan Habaring Hurung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Masyarakat di desa kecil ini umumnya pendatang dari luar Kalimantan dan belum pernah melihat orangutan secara langsung, hanya melalui poster, gambar, foto dan berita-berita di media massa.

Suatu siang, mereka dibuat gempar dengan kehadiran sesosok makhluk besar, hitam kemerahan, berpostur besar, mata kecil yang terlindung gelambir di pipinya, yang berkeliaran mencari makan di kebun sayur di belakang rumah mereka. Dalam kegemparan itu mereka tidak sadar dan mengetahui bahwa sosok itu adalah orangutan yang kelaparan. Kawasan hutan gambut di belakang Habaring Hurung saat itu sedang dilanda kebakaran akibat pembukaan lahan. Jadi terang saja jika orangutan yang ada di kawasan hutan terbakar itu turun ke daerah pemukiman penduduk.

Karena takut yang luar biasa dan kurangnya pengetahuan tentang perlindungan terhadap orangutan akhirnya masyarakat beramai-ramai mengepung dan berusaha mengusir orangutan tersebut dengan berbagai peralatan dan benda tajam lainnya.
Orangutan malang itu tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha melawan dan mempertahankan dirinya menghindari pukulan kayu berbagai ukuran yang bertubi-tubi, desingan batu dari berpuluh-puluh ketapel, tebasan parang dan benda tajam lainnya hingga tikaman tombak  ke arah tubuhnya yang ringkih oleh ratusan warga.

Hingga akhirnya tikaman sebuah mata tombak cukup besar berbentuk trisula, biasa disebut sarampang, umum dimiliki warga, sebuah alat tradisional suku dayak untuk mencari ikan di sungai, menancap dalam dan kuat di paha sebelah kirinya. Namun orangutan tersebut dengan sisa tenaga terakhir masih mati-matian mempertahankan hidupnya.

Untungnya salah satu penduduk desa berinisiatif melaporkan via telepon keberadaan dan kondisi orangutan itu kepada Yayasan BOS di Nyaru Menteng. Kami pun segera berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, kemudian bergerak cepat dan mengirimkan 1 tim penyelamat yang dipimpin oleh drh. Maryos V. Tandang dan drh. Merryl Yemima, serta beberapa orang teknisi.

Setibanya di lokasi, tim penyelamat melihat orangutan itu bertahan pada sebatang pohon. Sebuah mata tombak sarampang tampak menancap kuat di paha kirinya dan masih terus mengeluarkan darah. Para teknisi berhasil menangkapnya tanpa kesulitan, karena kondisinya yang sudah melemah.


drh. Maryos mengoperasi Tombak

Di Nyaru Menteng, orangutan ini langsung mendapatkan perawatan serius. Tim medis segera melakukan operasi pembedahan. Setelah satu jam lebih, akhirnya mata tombak dapat dikeluarkan dan luka-luka di sekujur tubuhnya dibersihkan. Menurut drh. Maryos, kondisi luka di paha kirinya itu berpotensi menyebabkan kelumpuhan akibat terinfeksi mata sarampang yang terbuat dari besi berkarat. Namun syukurlah, dia berangsur pulih dengan baik.

Kami pun menamakannya Tombak. Berusia sekitar 15 tahun, Tombak adalah orangutan liar (belum pernah / jarang bersentuhan dengan manusia). Gelambir di pipinya – yang disebut cheek pad – menandakan bahwa dia adalah jantan dewasa. Kini, dia sudah sehat kembali dan sudah dilepaskan ke kawasan Taman Nasional Sebangau. Status kawasan yang dilindungi ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang lebih baik bagi Tombak untuk bertahan hidup dan bergabung dengan populasi orangutan liar lainnya.

Ketahuilah, orangutan adalah salah satu satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Jika Anda melihat orangutan yang berkonflik dengan manusia, segera hubungi BKSDA setempat, agar nasib Tombak tidak melulu terulang dan terulang lagi pada orangutan lainnya.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup