Apakah kamu member?

PERKEMBANGAN PROGRAM REINTRODUKSI: TANTANGAN DI LAPANGAN

Keberhasilan program reintroduksi orangutan yang telah dimulai kembali pada Februari 2012 oleh Yayasan BOS, telah menjadi perjalanan yang menakjubkan bagi kami semua. Kegiatan ini merupakan kegiatan pelepasliaran pertama di Kalimantan yang direncanakan dengan matang baik dalam persiapannya dan pemantauan pasca pelepasliaran, dan setelah 30 bulan melakukan pemantauan pasca pelepasliaran secara intensif, kami bisa memastikan bahwa sebagian besar orangutan yang kami lepasliarkan telah beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Kami masih terus belajar untuk dapat memperbaiki seluruh proses mulai dari pra-peleasliaran, pelepasliaran dan pasca-pelepasliaran. Kami menargetkan tingkat keberhasilan yang tinggi untuk program pelepasliaran, dan kegiatan pemantauan pasca-pelepasliaran kami memungkinkan kami untuk melakukan intervensi jika diperlukan, tetapi seperti yang juga terjadi dengan semua program reintroduksi lainnya, kami sadar bahwa tingkat keberhasilan 100% adalah sesuatu yang mustahil. Tujuan kami adalah membantu sebanyak mungkin orangutan untuk dapat beradaptasi di alam liar, semampu yang kami bisa, tetapi inilah hal yang paling berat yang harus mereka jalani.

Tingkat kematian alami untuk orangutan liar diperkirakan bervariasi mulai dari 2-8% tergantung pada usia, dengan tingkat kematian lebih tinggi terjadi pada tahun pertama setelah berpisah dari induk mereka dan setelah proses pendewasaan (maturation) untuk jantan dewasa. Artinya untuk setiap 100 orangutan yang kami lepasliarkan, antara 2 sampai 8 bisa meninggal setiap tahunnya karena penyebab alami. Tentu saja untuk sebuah program reintroduksi, kematian alami orangutan bisa lebih tinggi karena latar belakang hidup setiap orangutan. Tingkat bertahan hidup orangutan rehabilitan yang dilepasliarkan saat usia remaja (juvenile-adolescence) dilaporkan bervariasi antara 20-80% (Russon et al, 2009); sangat berbeda dengan apa yang kita harapkan dalam populasi liar.

Dalam beberapa bulan terakhir, kami harus menerima berita kematian dari beberapa orangutan yang telah dilepasliarkan di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Timur baik kematian karena penyebab alami maupun karena sebab-sebab yang masih dipastikan. Di Kalimantan Timur ditemukan satu orangutan mati pada tanggal 9 September 2014, sedangkan di Kalimantan Tengah, dilaporkan 4 kematian orangutan terjadi di Hutan Lindung Bukit Batikap antara bulan Mei sampai September 2014. Sementara sebagian besar kematian diyakini diakibatkan oleh sebab alami, dua kematian orangutan di Batikap dianggap mencurigakan. Hasil autopsi mengungkapkan adanya peluru yang ditemukan di tubuh salah satu orangutan. Hal ini merupakan salah satu pengingat untuk kita semua bahwa ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan masih terus berlangsung di seluruh Kalimantan, hanya sedikit tempat yang benar-benar aman. Perburuan terhadap orangutan terjadi setiap hari sehubungan dengan upaya pembukaan lahan. Kenyataan ini memaksa para orangutan tersebut terlibat ke dalam konflik dengan masyarakat, petani dan pemilik lahan. Yayasan BOS tidak pernah lelah untuk selalu berusaha melindungi orangutan dan habitatnya, mencegah konflik dan meningkatkan kesadaran akan konservasi.

Keamanan orangutan kita adalah hal yang paling penting baik bagi Yayasan BOS maupun bagi Pemerintah Indonesia. Bersama-sama dengan departemen pemerintah terkait yang bertanggung jawab untuk perlindungan satwa liar (SPORC dan BKSDA) penyelidikan yang menyeluruh telah dimulai. Walaupun kami tidak terlalu yakin, kami mengetahui bahwa ada beberapa kelompok orang yang memasuki wilayah Hutan Lindung Bukit Batikap untuk mengambil hasil hutan non-kayu dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir ini. Mereka datang dari provinsi yang berbeda-beda. Untuk meredakan potensi ancaman lebih lanjut, kami telah menambah jam patroli yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah dan memberikan pendidikan kepada masyarakat melalui program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas dari lokasi pelepasliaran. Hal ini akan terus berlanjut sesuai dengan komitmen kami untuk selalu menjamin perlindungan terhadap orangutan yang telah dilepasliarkan.


Perkembangan Program Reintroduksi: Tantangan di Lapangan (Kredit foto: Ike Naya Silana)

Terlepas dari peristiwa menyedihkan yang baru saja terjadi, program reintroduksi orangutan kami tetap yang paling sukses hingga saat ini di Kalimantan. Pemantauan orangutan melalui radio telemetri yang kami lakukan berfokus untuk memantau orangutan yang telah dilepasliarkan sehingga memungkinkan kami untuk melakukan intervensi pada beberapa kasus di mana beberapa orangutan membutuhkan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk mampu beradaptasi dengan baik. Berkat dedikasi dan kerja keras seluruh tim di lapangan, kami dapat bertindak cepat dan memberikan bantuan tambahan bagi beberapa orangutan untuk meningkatkan keterampilannya begitu juga untuk mereka yang masih mengembangkannya. Tanpa teknologi ini, kami tidak akan dapat memantau mereka dan memberikan dukungan yang diperlukan agar proses adaptasi mereka berjalan dengan baik,  beberapa diantaranya mungkin harus berjuang lebih keras tanpa dukungan tambahan ini.

Tim kami akan terus memantau proses adaptasi dan kemajuan semua orangutan yang kami lepasliarkan, dan kami berkomitmen untuk terus membagikan berbagai informasi yang berkenaan dengan kemajuan program dan pengalaman kami untuk komunitas konservasi yang lebih luas lagi, untuk memastikan bahwa program reintroduksi kera besar di seluruh Asia dan Afrika akan terus berkembang, baik dalam pengetahuan dan praktiknya. Tanpa program reintroduksi yang sukses, tidak akan ada pilihan lain untuk mereka, selain hidup di dalam penangkaran dalam jangka waktu yang sangat panjang.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup