Apakah kamu member?

MASA DEPAN ORANGUTAN UNRELEASABLE

Tidak semua orangutan yang berada di pusat rehabilitasi bisa menuntaskan program rehabilitasi dan kembali hidup liar di hutan. Karena kondisinya, orangutan-orangutan ini harus mengandalkan bantuan manusia sampai akhir hayatnya. Mengapa ini terjadi, dan apa yang akan terjadi pada mereka?

Di pusat rehabilitasi kami, ada sejumlah orangutan yang saat menjalani proses rehabilitasi, menunjukkan perkembangan yang sangat lambat. Mereka tidak bisa mengikuti kemajuan orangutan lain dalam mengembangkan keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan dalam menyintas di alam liar. Umumnya, kegagalan para orangutan ini akibat terlalu lama menghabiskan waktu bersama manusia di usia muda.

Ada juga sebagian orangutan yang menderita penyakit menular seperti TBC atau Hepatitis B dan C yang bisa sewaktu-waktu kambuh. Penyakit-penyakit ini berisiko menular kepada populasi orangutan yang lebih besar, dan karena itu, mereka harus berada di tempat yang terisolasi. Di pusat rehabilitasi kami, orangutan dengan penyakit menular ini dirawat di sebuah kompleks khusus.

Meskipun tujuan dan harapan kami adalah untuk merehabilitasi semua orangutan yang kami selamatkan, kami paham bahwa ini tak selamanya mungkin. Kelompok lain orangutan yang juga tidak bisa dilepasliarkan adalah mereka dengan keterbatasan atau cacat fisik. Contoh keterbatasan ini adalah tangan buntung atau mata buta. Para orangutan ini kami sebut sebagai unreleasable, dan jumlahnya mencapai sekitar 210 individu dari total 416 orangutan yang kami rawat di dua pusat rehabilitasi orangutan kami saat ini.

Baca juga: Orangutan Unreleasable


Namun, orangutan yang memiliki kekurangan dalam aspek keterampilan dan perilaku alami, masih punya kesempatan untuk hidup di udara terbuka yaitu di pulau suaka. Pulau suaka ini adalah pulau berhutan yang kami jaga sepanjang waktu, tempat mereka bisa hidup layaknya orangutan liar yang normal, dengan dukungan dari tim kami. Pulau suaka juga dapat menampung orangutan dengan cacat fisik namun memiliki keterampilan dan perilaku yang alami, seperti halnya Kopral di Samboja Lestari.

Sayangnya, kami belum berhasil menyediakan cukup pulau suaka bagi para orangutan ini. Oleh karena itu, sembari terus menyiapkan pulau suaka yang layak dalam hal kondisi dan luasan, mereka masih harus menanti di kompleks-kompleks kandang. Sementara orangutan dengan penyakit menular, kami rawat di kompleks karantina khusus untuk mencegah penyebaran penyakit ke populasi yang sehat.

Baca juga: Kopral kini di Pulau

Anih, satu betina dewasa yang kamis selamatkan di tahun 1992, adalah contoh orangutan yang sehat secara fisik namun unreleasable. Ia kini kami tempatkan di Pulau #6, salah satu pulau buatan di kompleks Samboja Lestari. Di sana ia bisa menikmati hidup di udara terbuka diawasi oleh teknisi dan tim medis yang berdedikasi. Ia beruntung dibandingkan orangutan unreleasable lain yang masih harus mendiami kompleks akibat terbatasnya ruang di pulau suaka.

Tantangan terbesar dalam memberikan perawatan jangka panjang dan suaka bagi para orangutan unrelesable ini adalah memastikan pendanaan. Biaya hidup mereka mencakup pakan dan obat untuk bertahun-tahun, pembangunan pulau dan prasarana baru, penyediaan kompleks suaka yang layak, perawatan jangka panjang mereka bahkan membutuhkan dana yang lebih besar ketimbang menjalankan proses rehabilitasi orangutan.

Dalam satu episode siniar(*), drh. Fransiska Sulistyo menekankan pentingnya penyebaran informasi kepada publik tentang para orangutan unrelesable ini dan upaya BOS Foundation untuk menyediakan hidup layak bagi mereka, meskipun di dalam pusat rehabilitasi.


(*)Untuk mendengarkan uraian lebih jauh tentang orangutan unreleasable, sila dengarkan drh. Fransiska Sulistyo, South East Asia Representative at Orangutan Veterinary Advisory Group yang pernah bertahun-tahun bergabung dengan BOS Foundation.




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup