Apakah kamu member?

ORANGUTAN WARRIOR #4: BANG UJI

Kalian telah berkenalan dengan beberapa orangutan warrior kami, kini saatnya kami perkenalkan satu lagi dari Program Konservasi Mawas, di Kalimantan Tengah. 

Ia adalah Jhanson Regalino, disapa oleh teman-temannya dengan ‘Bang Uji’, telah bekerja di Program Konservasi Mawas sejak awal pembentukannya di rentang tahun 2002, dan saat ini, menjabat sebagai Program Manager. Program Konservasi Mawas sangat berbeda dengan program BOS Foundation lainnya pada saat itu karena Samboja Lestari dan Nyaru Menteng mengutamakan rehabilitasi orangutan, Program Konservasi Mawas melindungi dan merestorasi hutan rawa gambut seluas 309.000 hektar. Saat itu, kawasan tersebut menderita kerusakan hebat akibat program pertanian yang gagal, namun masih menjadi habitat bagi ribuan orangutan liar. 

Bentuk program yang berbeda tersebut membuat Bang Uji berserta timnya harus banyak menimba ilmu dan pengalaman baru secara mandiri. Mereka adalah orang-orang pertama dari BOS Foundation yang harus bekerja memperbaiki lingkungan, menjaga populasi orangutan liar, dan kelompok masyarakat yang tertinggal, dalam satu wilayah yang sama. “Kegiatan kami membutuhkan interaksi langsung, dan berdampak tidak hanya bagi lingkungan, namun juga bagi satwa liar, dan masyarakat,” Bang Uji menjelaskan.

Kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Mawas meliputi rehabilitasi hutan melalui penanaman kembali, perbaikan ekosistem gambut melalui pemblokiran kanal, pemberdayaan masyarakat di 13 desa melalui perbaikan ekonomi, pencegahan dan penanggulangan kebakaran berbasiskan masyarakat. 

Baca juga: ORANGUTAN WARRIOR #3 - MANG USUP


Kegiatan perlindungan dan restorasi lingkungan yang dilaksanakan Program Konservasi Mawas banyak melibatkan interaksi dengan masyarakat sekitar. BOS Foundation sendiri percaya bahwa upaya konservasi adalah kerja besar yang melibatkan seluruh pemangku jabatan, terutama masyarakat setempat.

Pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat desa yang tinggal di sekitar kawasan Mawas memberi banyak pengalaman bagi Bang Uji. Kesabaran dan komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk bisa melibatkan masyarakat untuk mendukung program pelestarian orangutan dan habitatnya. Bang Uji juga pernah terlibat penyitaan bayi orangutan yang dikurung oleh seorang penduduk di sebuah desa. Pada saat itu, penduduk menganggap itu hal yang tidak aneh. Mereka tidak tahu orangutan dilindungi Undang-Undang. Saat itu, Bang Uji dituntut untuk bisa memberikan penjelasan dan sosialisasi yang efektif kepada penduduk desa agar bisa memahami pentingnya orangutan hidup di habitatnya tanpa gangguan. “Yang paling sulit adalah membuat mereka menerima persepsi kita, tanpa berkesan menggurui,” ujar Bang Uji. 

Kawasan Mawas dulunya adalah hutan rawa gambut yang dikeringkan untuk dijadikan lahan pertanian melalui Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar. Proyek pemerintah itu gagal dan terbengkalai, menyisakan kerusakan lingkungan yang tidak sedikit. Banyak kanal dibangun membelah kawasan itu, dengan tujuan awal untuk mengeringkan kawasan, namun kini oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai jalur transportasi. 

Bang Uji dan timnya bertekad untuk memperbaiki kondisi tersebut. Untuk membuat hutan rawa gambut Mawas kembali berfungsi optimal sebagai reservoir karbon dan habitat ideal bagi orangutan liar, sejumlah kanal kecil harus ditutup agar wilayah itu bisa menyimpan air meski di saat musim kemarau. Penutupan kanal (disebut juga ‘tatas’ atau canal blocking) bukanlah pekerjaan yang mudah, karena sebagian kanal itu dimiliki oleh masyarakat sekitar yang menganggap kanal-kanal itu sebagai jalur transportasi dan sumber penghasilan. “Intinya, merayu para pemilik kanal agar memberikan kanalnya untuk kami blok bukan tugas yang mudah,” ujar Bang Uji. 

Tidak hanya meminta perubahan paradigma dari masyarakat, Program Konservasi Mawas pun memberi, dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dan tidak lagi bergantung pada kanal atau bentuk eksploitasi alam lainnya. Program ini membantu memberikan pelatihan bisnis dan usaha, membentuk koperasi, membagikan bibit ternak dan tanaman, sampai dengan dampingan bagi masyarakat desa untuk menyusun rencana pembangunan dan mengajukan ke tingkat pemerintahan yang lebih tinggi. “Kebanyakan kepala desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), dan perangkat desa dari desa-desa dampingan kami, adalah orang-orang yang selama ini bekerja sama dengan kami,” jelas Bang Uji.

Bang Uji merasa bahwa masih banyak ruang tersedia untuk peningkatan dan perbaikan. Ia berharap program pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas yang selama ini dilakukan bisa terus dinikmati oleh masyarakat desa-desa dampingan. “Kami sangat tergantung pada dukungan berbagai pihak. Kalau masyarakat desa senang, dukungan terhadap kerja kami menjaga lingkungan juga lebih besar, dan bsia berhasil lebih baik,” ujar Bang Uji menutup pembicaraan.

Baca juga: ORANGUTAN WARRIOR #2 - IMAM GHOZALI




Menurutmu orang lain perlu tahu? Bagikan!

image image image

CATATAN!



OK

YA, AMPUN!



Tutup