TEMON DAN LAHEI MENGHILANG!
Temon dan Lahei, adalah penjelajah yang terampil dan independen dari kelompok Sekolah Hutan di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng, menghilang!
Runtu, orangutan betina berusia 23 tahun merupakan salah satu dari enam orangutan yang berhasil dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Pelepasliarannya kali ini menjadi momen Istimewa. Hal ini mengingat Runtu adalah orangutan repatriasi dari Thailand yang telah menjalani rehabilitasi panjang di Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng sejak 2006.
Baca juga: KANDIDAT PELEPASLIARAN ORANGUTAN KE-44 DARI NYARU MENTENG
Kehidupan bebasnya dimulai ketika kandang transportnya dibuka oleh perwakilan dari BKSDA Kalimantan Tengah. Meski sempat berbalik arah, Runtu tidak menunjukkan tanda-tanda agresivitas pada tim pelepasliaran kami. Sebaliknya, ia dengan tenang memanjat ke atas pohon untuk melanjutkan perjalanannya menuju hutan.
Sejak masa rehabilitasi di Nyaru Menteng, Runtu dikenal sebagai orangutan yang cerdas dan eksploratif. Salah satunya ketika berada di Pulau Prapelepasliaran Salat, dirinya kerap terlihat menjelajah bersama orangutan lain, seperti Nett. Kebiasaannya tidak berhenti sampai di situ. Ia juga menunjukkan perilaku mobilitas yang tinggi selama pemantauan post-release monitoring (PRM) di TNBBBR.
Baca juga: PERJALANAN ENAM ORANGUTAN MENUJU KEBEBASAN DI TNBBBR
Runtu memiliki kebiasaan unik: ia jarang turun ke tanah dan lebih sering berada di ketinggian di atas 11 m. Bahkan, saat pemantauan PRM, ia sempat "lost" karena bergerak cepat melintasi tebing dan meninggalkan tim kami yang kesulitan mengejarnya. Beberapa kali, Runtu terpantau berada di area dengan elevasi hingga 1.500 m di atas permukaan laut. Hal ini juga menunjukkan keberanian dan kemampuan adaptasinya di medan yang sulit sekalipun.
Salah satu keunggulan Runtu adalah kemampuan makannya yang sangat baik. Dengan feeding rate rata-rata 45% hingga 63%, ia tampak cepat menyesuaikan diri dengan sumber makanan di habitat barunya. Selama di TNBBBR, Runtu mengonsumsi berbagai jenis pakan alami, seperti uwar, getah dan kambium. Pakan alami inilah yang menjadi sumber energi untuk aktivitasnya yang padat.
Di lokasi pelepasliaran yang sama, Runtu sempat berinteraksi dengan Happy. Happy ialah salah satu orangutan jantan yang juga dilepasliarkan pada waktu bersamaan. Hubungan mereka terpantau cukup baik, bahkan terlihat melakukan kopulasi di awal pelepasliaran. Meski sempat terpisah selama beberapa hari, keduanya kembali bertemu dan menunjukkan interaksi yang serupa. Hubungan ini menjadi harapan besar untuk mendukung regenerasi populasi orangutan di hutan Kalimantan.
Sebagai orangutan yang telah melewati perjalanan panjang dari rehabilitasi hingga pelepasliaran, Runtu menjadi salah satu contoh keberhasilan program konservasi. Pelepasliaran ini menegaskan komitmen bersama upaya konservasi yang melibatkan berbagai pihak.
Baca juga: KEHIDUPAN BARU FAJAR DAN TOMANG DI HUTAN KALIMANTAN
Kami berharap Runtu tidak hanya menjadi individu yang sukses di alam liar tetapi juga berkontribusi pada peningkatan populasi orangutan di Kalimantan. Dengan kecerdasan, adaptasi yang cepat, dan kemampuan sosial yang baik, ia memiliki peluang besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak di habitat barunya. Perjalanan Runtu adalah bukti bahwa orangutan yang pernah kehilangan rumahnya dapat kembali ke tempat asalnya, memulai hidup baru di tengah hutan yang menjadi rumah sejatinya.